Thursday, April 23, 2009

DAN KENAPA DENMARK PALING BAHAGIA?

Berdasarkan penelitian, orang-orang Denmark sangat bahagia karena mereka selalu merasa hidup mereka cukup. Contentment. Mereka tidak sekaya orang Amerika atau Jepang, tidak punya mobil atau rumah super mewah, tapi mereka bersyukur dengan hidup mereka. Mereka kemana-mana juga lebih suka jalan kaki atau naik sepeda, karena lebih menyenangkan, santai, dan udaranya juga segar. Dan mereka tidak usah pusing soal banyak hal, dari mobil yang mesti bagus, pembayarannya, perawatannya, bensinnya, atau macet di jalan. Naik sepeda memang menyenangkan.

Mereka tentu juga ingin hidup lebih baik, sukses, materi, tapi tidak merasa perlu sampai diperbudak kesuksesan. Sukses itu penting, tapi menikmati hidup, keluarga, dan teman adalah nilai hidup yang utama, dan sukses tidak perlu mengganggu hal itu. Pendidikan disana gratis. Begitu juga dengan biaya kesehatan, dan Jaminan penuh untuk Hari tua. 3 hal yang mungkin terpenting dalam hidup, dan mereka menikmatinya dengan gratis berkat pemerintahan yang baik.

Masyarakat Denmark ternyata juga cenderung punya harapan yang rendah. Mereka berusaha, tapi tidak pernah berharap macam-macam. Ini membuat tiap kesuksesan kecil saja sudah membuat mereka begitu bahagia. Dan bila gagal, mereka lebih gampang menerimanya, dan mereka bisa langsung mulai berusaha lagi. Begitu saja.

Dan bangsa-bangsa lain yang "tidak bahagia", termasuk banyak negara terkaya di dunia, adalah yang orang-orangnya cenderung tidak pernah puas. Mereka terdikte keinginan dan ambisi-ambisinya. Amerika contohnya punya american dreams. Masalahnya, dan ironi terbesarnya adalah, kalau anda sampai begitu bernafsunya mengejar kebahagiaan (dan kebahagiaan yang lebih besar), anda justru akan terjebak. Terjebak dalam pertempuran merebut kebahagiaan yang tidak pernah berakhir, dan anda justru tidak akan pernah merasakan kebahagiaan itu. Dan ini terbukti secara saintifik.

"Happiness is as a butterfly which, when pursued, is always beyond our grasp. But which if you will sit down quietly, may alight upon you," Nathaniel Hawthorne

Dan itulah bangsa paling bahagia di dunia. Denmark. Sebuah bangsa dengan masyarakat yang:
1. Bersyukur, bersyukur, bersyukur
2. Punya impian dan keinginan yang realistik
3. Tidak membanding-bandingk an dengan orang lain
4. Jaminan dari pemerintah yang cukup

Why Men Are Cheating ( Kenapa Pria Selingkuh) ?

Why Men Are Cheating ( Kenapa Pria Selingkuh) ?

Banyak penelitian yang dilakukan dalam populasi di Amerika dimana seperti kita diketahui jumlah angka perceraian di negara tersebut sangat tinggi. Menurut penelitian hasil survey dan wawancara menyatakan bahwa factor sex bukanlah factor tertinggi atau factor utama melainkan factor diperhatikan, dihargai, didengar, disayangi sama pada saat pasangan tersebut mengalami fase pacaran.

Karena saat itu romansa begitu menggelora, pada saat pacaran itu fase yang menyenangkan karena kita selalu ingin mencari atau merebut perhatian pasangan yang kita kagumi. Tapi saat menikah dan masing-masing “merasa” sudah memiliki pasangannya, perhatian itu mulai berkurang karena seakan akan tidak perlu ada perjuangan lagi untuk merebut hati seseorang yang kita kagumi dan sayangi. Jusrtu peribahasa “lebih susah mempertahankan kemenangan daripada merebut kemenangan” ini berlaku, energi saat memperjuangkan dan mempertahankan haruslah sama besar kalau tidak kita akan kalah dari penantang kita yang telah siap untuk mencoba merebut gelar yang dahulu telah kita dapatkan.

Kenapa bukan factor sex yang terutama pada saat pria mencoba melakukan selingkuh ?, perselingkuhan seringkali berawal dari perhatian, penghargaan yang orang lain berikan dimana dirumah atau saat berada dengan pasanggan kita tidak mendapatkan perhatian dan penghargaan. Sama halnya saat fase pacaran dan pendekatan, kita tentu akan senang apabila orang yang kita sukai memberikan perhatian, pujian, penerimaan, didengarkan omongan dan pendapatnya. Hal seperti ini tidak boleh hilang pada saat pernikahan karena kebutuhan ini tidak hilang walau kesibukan dan aktivitas serta tanggungjawab bertambah seiring dengan bertambahnya usia dan keberadaan keluarga yang harus kita penuhi kebutuhannya.

Kebutuhan untuk menyediakan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, rekreasi/hiburan untuk keluarga kita memang harus dipenuhi oleh orang tua, tapi kebutuhan akan penerimaan, penghargaan, perhatian juga harus dipenuhi agar keluarga kita hidup, tanpa terpenuhinya kebutuhan tersebut kita hanya menciptakan keluarga robot. Karena robot tidak memerlukan perhatian karena robot tidak memiliki hati, perasaan atau naluri yang juga dipunyai oleh hewan.

Sungguh suatu keadaan seperti neraka dimana rumah yang adalah tempat untuk keluarga berkumpul yang nyaman justru diisi dengan kesunyian, kekerasaan, pertengkaran, kehampaan, hinaan dan cercaan yang lebih banyak dikumandangkan dari pada pujian dan pendapat atau omongannya didengarkan. Dimana seharusnya dialog antar sesama anggota keluarga alangkah baiknya kalau terjadi secara cantik, dimana ora

Monday, April 20, 2009

Great Quote

"Fear of rejection is simply the alarm signal, letting you know that you’re entering a Battle Mode. So the best thing you can do is to march on forward!"

- Lex dePraxis

Spiritual Marketing

Spiritual Marketing :

Creat Marketing with PRINSIPAL’S
Creat Value with Value’s
Because Marketing is not Cheating


Hermawan Kertajaya